Minggu, 27 Februari 2011

PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL


          PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
          Oleh: Tusiran



A.    Latar Belakang

Sering sekali guru  kecewa bila melihat kembali nilai hasil belajar siswa. Sering sekali guru  kecewa bila melihat Sikap siswa ketika KBM sedang berlangsung. Pada hal bila kita melihat kembali psikologi siswa kita belum sekolah, Anak terlihat  lincah , Selalu belajar apa yang diinginkannya dengan gembira, riang , menggunakan segala sesuatu yang terdapat di sekitarnya, yang menarik perhatiannya  dan anak membangun sendiri pengetahuan dan pemahaman lewat pengalaman nyata sehari-hari. Namun setelah anak memasuki sebuah lembaga sekolah banyak perubahan yang terjadi diantaranya Anak dipaksa belajar dengan cara guru,Suasana tegang, Seringkali tidak bermakna, Seringkali siswa belajar sesuatu tidak menarik perhatiannya, Telah terjadi “penjinakan” pada anak dan makin tinggi kelas anak, makin kurang inisiatif dan keberanian bertanya/mengemukakan pendapatnya, Apa yang terjadi dengan cara pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna bila anak “ mengalami” apa yang dipelajarinya, bukan “mengetahuinya” Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi” Mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak dalam memecahkan persoalan kehidupan jangka panjang.

Pendekatan Kontekstual ( Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan sebagai anggota keluarga dan masyarkat.
Pendekatan kontekstual menjadi pilihan bagi para guru karena sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta. Kelas masih  berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Karena itu perlu sebuah pendekatan belajar yang lebih memberdayakan siswa yaitu CTL (Contextual Teaching and Learning). CTL lahir melalui landasan filosofi kontruktivisme bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta atau konsep yang siap diterima, tetapi sesuatu yang harus di kontruksi sendiri oleh siswa.

B.     Kecenderungan Pemikiran CTL Tentang Belajar

            Pendekatan Kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut:
1.      Proses belajar
§ Belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus mengontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.
§ Anak belajar dari mengalami
§ Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimilki seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan(subject matter).
§ Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
§ Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
§ Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah,menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide.
§ Proses belajar dapat mengubah struktur otak.

2.      Transfer Belajar
§  Siswa belajar mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain
§ Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sempit) dan sedikit demi sedikit.
§ Penting bagi siswa tahu untuk apa ia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilannya itu
§ Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.
3.      Siswa Sebagai Pembelajar
Tugas guru mengatur strategi belajar, membantu menghubungkan pengetahuan lama dan baru dan memfasilitasi belajar.
                                                                        Depdiknas (2002 : 3-4)

C.    Rumusan pembahasan CTL

Pada makalah ini akan di  uraikan tentang :
1.   Hakikat Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
2.   Penerapan pendekatan Kontekstual di Kelas
3.   Komponen komponen CTL
4.   Menyusun Rencana pembelajaran berbasis CTL
5.   Lembar Aktivitas Siswa ( LAS) Pembelajaran berbasis CTL










BAB II
PEMBAHASAN

A.  Hakikat Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
            Pendekatan Kontekstual ( Contextual Teaching and Learning) adalah konsep Belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya alam kehidupan mereka sehari-hari.
            Pendefinisian pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yang dikemukakan oleh ahli sangatlah beragam, namun pada dasarnya memuat faktor-faktor yang sama. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan mengambil, mensimulasikan, menceritakan, berdialog, bertanya jawab atau berdiskusi pada kejadian dunia nyata kehidupan sehari-hari yang dialami siswa, kemudian diangkat kedalam konsep yang akan dipelajari dan dibahas. Melalui pendekatan ini, memungkinkan terjadinya proses belajar yang di dalamnya siswa mengeksplorasikan pemahaman serta kemampuan akademiknya dalam berbagai variasi konteks, di dalam ataupun di luar kelas, untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya baik secara mandiri ataupun berkelompok. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Berns dan Ericson (2001), yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah suatu konsep pembelajaran yang dapat membantu guru menghubungkan materi pelajaran dengan situasi nyata, dan memotivasi siswa untuk membuat koneksi antara pengetahuan dan penerapannya dikehidupan sehari – hari  dalam peran mereka sebagai anggota keluarga, warga negara dan pekerja, sehingga mendorong motivasi mereka untuk bekerja keras dalam menerapkan hasil belajarnya.
            Dengan demikian pembelajaran kontekstual merupakan suatu sistem pembelajaran yang didasarkan pada penelitian kognitif, afektif dan psikomotor, sehingga guru harus merencanakan pengajaran yang cocok dengan tahap perkembangan siswa, baik itu mengenai kelompok belajar siswa, memfasilitasi pengaturan belajar siswa, mempertimbangkan latar belakang dan keragaman pengetahuan siswa, serta mempersiapkan cara-teknik pertanyaan dan pelaksanaan assessmen otentiknya, sehingga pembelajaran mengarah pada peningkatan kecerdasan siswa secara menyeluruh untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.
a.      Kata Kunci Pembelajaran CTL
Suatu pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) memiliki beberapa kata kunci yaitu :
1.      Real Word Learning
2.      Mengutamakan Pengalaman nyata
3.      Berfikir tingkat tinggi
4.      Berpusat pada siswa
5.      Siswa aktif, kritis dan kreatif
6.      Pengetahuan bermakna dalam kehidupan
7.      Dekat dengan kehidupan nyata
8.      Perubahan perilaku
9.      Siswa praktek bukan menghafal
10.  Learning Bukan Teaching
11.  Pendidikan (education) bukan pengajaran (instruction)
12.  Pembentukan Manusia
13.  Siswa Akting guru mengarahkan
14.  Memecahkan masalah
15.  Hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes

b.      Strategi Pengajaran yang berassosiasi dengan CTL
Strategi pembelajaran yang berassosiasi dengan contextual teaching and Learning (CTL) adalah:
1.      CBSA ( cara belajar Siswa aktif)
2.      Pendekatan keterampilan proses
3.      Life Skill Education
4.      Authentic Intruction
5.      Inquary Based Learning
6.      Cooperative Learning
7.      Service Learning
c.       Lima Elemen Belajar yang Konstruktivisme
Menurut Zahorik (Nurhadi) ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual, yaitu :
1.    Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)
2.    Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.
3.    Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (a) Konsep sementara (hipotesis), (b) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validisasi) dan atas dasar tanggapan itu (c) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan.
4.    Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge)
5.    Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut.

d.      Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Tradisional (Behaviorisme/Strukturalisme)
Beberapa perbedaan antara pendekatan kontekstual (CTL) dengan Pendekatan Tradisional ( Behaviorisme/Strukturalisme) yaitu sebagai berikut :
No.
Pendekatan Kontekstual
Pendekatan Tradisional
1.
Menyandarkan pada memori spasial (pemahaman makna)
Menyandarkan pada hafalan
2.
Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa
Pemilihan informasi di-tentukan oleh guru
3.
Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran
Siswa secara pasif menerima informasi
4.
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan
Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
5.
Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan
6.
Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang
Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu
7.
Keterampilan dikem-bangkan atas dasar pemahaman
Keterampilan dikem-bangkan atas dasar latihan
8.
Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri
Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor
9.
Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tsb keliru dan merugikan
Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman
10.
Perilaku baik berdasar-kan motivasi intrinsik
Perilaku baik berdasar-kan motivasi ekstrinsik
11.
Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting
Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas
12.
Hasil belajar diukur  melalui penerapan penilaian autentik.
Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.

B.  Penerapan pendekatan Kontekstual di Kelas
Penerapan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual di dalam kelas tidaklah sulit, karena pendekatan pembelajaran ini menurut The Nortwest Regional Education Laboratory USA (Suherman, 2002) memiliki karakteristik utama, yaitu Constructivism, Inquiry, Questioning, Learning Community, Modeling, Reflection dan Authentic Assesment. Hal ini seperti yang diungkapkan Depdiknas (Nurhadi, 2002), yang menyatakan bahwa:
Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, sintaks (langkahnya) adalah berikut ini :
1.      Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara mereka sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
2.      Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3.      Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4.      Ciptakan ‘masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok-kelompok).
5.      Hadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran.
6.      Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7.      Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

Aktifitas pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yang dikembangkan menurut Bern dan Se Stefano (Suryadi, 2005) memiliki beberapa komponen, yaitu  :
1.         Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dimulai dengan menghadapkan siswa kedalam suatu permasalahan nyata atau disimulasikan yang menantang, agar siswa dapat termotivasi untuk menyelesaikannya. Ketika siswa berhadapan dengan permasalahan itu, mereka menyadari bahwa hal tersebut dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, artinya mereka akan menyadari bahwa untuk menyelesaikan permasalahan tersebut siswa harus dapat mengkonstruksi pengetahuan secara kritis dengan cara mengkoneksikan, mengintegrasikan serta mengeksplorasi informasi, ide-ide serta konsep pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu yang ia miliki.

2.         Belajar dengan Multi Konteks
Belajar dengan multi konteks artinya siswa belajar disesuaikan dengan melibatkan keadaan kondisi sehari – hari, sehingga pengetahuan yang didapat dari sekolah dapat diaplikasikan di tempat kerja, di rumah, bahkan di lingkungan masyarakatnya. Oleh karena itu proses belajar siswa dalam mendapatkan pengetahuan diperoleh melalui suatu pengkoordinasian yang melibatkan konteks sosial dan fisik, sehingga setting pembelajaran dapat dilakukan di dalam atau di luar ruang kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Sears dan Hersh (2001) yang mengasumsikan bahwa pengetahuan tidak mungkin dapat dipisahkan dari konteks dan aktivitas yang terkait dengan proses pengembangan pengetahuan tersebut. Dengan demikian, bagaimana seseorang belajar, harus memperhatikan situasi – kondisi di mana dia belajar sehingga mampu mendapatkan pengetahuan secara bermakna.

3.         Self-Regulated Learning (SRL)
Pengaturan belajar mandiri (Self Regulated Learning) menurut Bern dan Se Stefano, mencakup tiga karakteristik sentral yaitu : (1) kesadaran berpikir, (2) penggunaan strategi, dan (3) pemeliharaan motivasi. Pengembangan sifat SRL pada diri seseorang meliputi peningkatan kesadaran tentang berpikir efektif serta kemampuan menganalisis kebiasaan berpikir. Seseorang memiliki peluang untuk mengembangkan keterlibatannya secara pribadi dalam kegiatan observasi, evaluasi, dan bertindak untuk mengarahkan tiap rencana yang dia buat, strategi yang dipilih, serta evaluasi tentang pekerjaan yang dihasilkan. Agar motivasi belajar siswa selalu terpelihara baik, maka beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah tujuan aktivitas yang dilakukan, tingkat kesulitan serta nilainya, persepsi siswa tentang kemampuannya untuk mencapai tujuan tersebut, dan persepsi siswa apabila mereka berhasil atau gagal dalam mencapai tujuan  pembelajaran. Dengan demikian SRL meliputi sikap dan kesadaran berpikir, penggunaan strategi, serta motivasi siswa dalam belajar.





Peranan siswa dan guru dalam SRL dapat dirangkum dalam di bawah ini
Tabel 1
Peran Siswa dan Guru dalam Self Regulated Learning

Peran Siswa

Peran Guru

·         Berperan aktif dalam proses belajar
·         Mendefiniskan tujuan belajar serta masalah yang bermakna secara personal

·         Menumbuhkan motivasi dari kebermaknaan tujuan, proses dan keterlibatan dalam belajar


·         Memfasilitasi lingkungan belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengaturan belajar secara mandiri.
·         Menciptakan kesempatan untuk terjadinya aktifitas pribadi yang terkendali, bekerja kelompok, dan berbagi pengetahuan.

·         Mempertimbangkan berbagai macam pilihan strategi serta memilih strategi yang dianggap paling sesuai untuk mencapai tujuan
·         Menyadari serta melakukan umpan balik atas proses berpikir yang dilakukannya dan secara berkelanjutan  mengembangkan pembelajarannya.
·         Memperoleh makna serta pengetahuan dan melakukan transfer atau aplikasi pada pemecahan masalah yang dihadapi secara kreatif dan inovatif
·         Berfikir secara refleksi sebagai alat untuk mengembangkan aspek kognitif dan transfer pengetahuan.
·         Berpartisipasi dalam evaluasi untuk pengembangan kemajuannya.
·         Membimbing siswa untuk belajar sebagaimana mestinya.
·         Bertindak sebagai fasilitas dan pembimbing
·         Menjadi model, mediator, dan moderator yang kondisional dengan kebutuhan siswa
·         Membantu siswa untuk mengkoneksikan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru.
·         Aktif mendengarkan, bertanya, menyediakan balikan, serta menolong siswa untuk selalu terfokus pada permasalahan yang dihadapi
     Sumber : Dimodifikasi dari Suryadi (2005)



C.  Komponen komponen CTL
Ada tujuh komponen CTL yaitu :
1.      Konstruktivisme
Kontruktivisme merupakan landasan berfikir(filosofi) pendekatan CTL yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas menjadi konteks yang terbatas atau sempit dan tidak sekonyong-konyong. Landasan berfikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivisme.yang menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivisme strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.
2.      Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bgian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetpi hasil dari menemukan sendiri. Siklus Inquiry terdiri dari :
a.       Observasi ( Observation)
b.      Bertanya ( Questioning)
c.       Mengajukan Dugaan ( Hipotesis)
d.      Mengumpulkan data ( data Gathering)
e.       Penyimpulan ( Conclussion)
3.      Bertanya (Qustioning)
Questioning (bertanya) merupakan strategi Utama pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran di pandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbingdan menilai kemampuan berpikir siswa.
4.      Masyarakat Belajar ( Learning Community)
Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diproleh dari hasil kerjasama dengan orang lain.Hasil belajar diproleh dari sering antar teman, antar kelompok. Masyarakat belajar terjadi apabila ada proses komunikasi. Praktek dalam pembelajaran terwujud dalam pembentukan kelompok kecil atau kecil, mendatangkan tim ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja kelompok dengan kelas diatasnya, bekerja dengan masyarakat.
5.      Pemodelan (Modeling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang bias di tiru. Model itu dapat berupa cara mengoperasikan sesuatu atau memberikan contoh cara mengerjakan sesuatu. Dalam CTL guru bukanlah satu-satunya model , model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
6.      Refleksi (Reflection)
Refleksi  juga bagian penting dalam CTL. Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa lalu. Kata kunci dari refleksi adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide baru. Realisasi refleksi dapat berupa Pernyataan lanngsung tentang apa yang telah diperoleh setelah pembelajaran dapat berupa catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran , diskusi atau hasil karya.
7.      Penilaian Yang Sebenarnya(Authentic Assessment)
Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambar perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar dapat memastikan siswa mengalami proses pemelajaran dengan benar.Kemajuan belajar dinilai dari proses bukan melulu hail. Hal hal yang biasa digunakan sebagai dasar menilai prestasi Siswa adalah :
1.      Proyek/kegiatan dan laporannya         6. Demonstrasi
2.      PR                                                       7. Laporan
3.      Kuis                                                     8. Jurnal
4.      Karya Siswa                                        9. Hasil Tes tertulis
5.      Presentasi dan Penampilan siswa        10. Karya tulis
Intinya dengan Authentic Assessment bahwa pertanyaan yang ingin dijawab adalah “ apakah anak-anak belajar?’ Bukan “ apa yang sudah diketahui. Jadi siswa dinilai kemampuannya dengan berbagai cara . tidak hanya dari hasil ulangan tulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar